
Reaktivasi Bandara Husein kembali menuai sorotan, setelah Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Ono Surono, secara tegas menolak rencana tersebut. Menurutnya, pembukaan kembali Bandara Husein Sastranegara di Bandung tidak relevan karena Provinsi Jawa Barat telah memiliki Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka yang lebih strategis dan representatif.
Menurut Ono, reaktivasi Bandara Husein justru bisa menghambat kemajuan Bandara Kertajati, yang saat ini telah memiliki fasilitas lengkap dan akses tol langsung melalui Tol Cisumdawu. Dengan akses yang semakin mudah, masyarakat Bandung dan sekitarnya kini hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai Kertajati.
“Saya tidak sepakat jika Bandara Husein dibuka kembali. Bandara Kertajati adalah kebanggaan Jawa Barat dan proyek strategis nasional,” tegasnya, Kamis (16/1/2025).
Bandara Kertajati Jadi Prioritas
Pembangunan Kertajati menghabiskan dana hingga Rp5,4 triliun. Bandara ini memiliki landasan pacu panjang, terminal modern, serta kapasitas penumpang dan penerbangan yang jauh lebih besar daripada Husein. Lokasinya yang tidak berada di tengah kota juga memungkinkan pengembangan jangka panjang.
“Kertajati jauh lebih layak dikembangkan. Pemerintah tinggal konsisten dan serius mengisi rute serta promosi,” kata Ono.
Risiko Reaktivasi Bandara Husein
Bandara Husein yang terletak di tengah kota Bandung menghadapi berbagai keterbatasan, mulai dari ruang gerak pesawat hingga potensi gangguan terhadap pemukiman warga. Reaktivasi bandara ini dikhawatirkan menimbulkan konflik tata ruang serta melanggar prinsip pembangunan berkelanjutan.
“Membuka kembali Husein bisa menimbulkan masalah baru. Jangan sampai kita mundur ke belakang hanya demi kepentingan jangka pendek,” ujarnya.
Tiga Strategi Optimalkan Bandara Kertajati Gantikan Reaktivasi Husein
Ono memaparkan tiga strategi utama yang perlu didorong untuk menjadikan Kertajati sebagai pusat transportasi udara Jawa Barat:
-
Menambah rute penerbangan domestik dan internasional.
-
Menarik maskapai dan biro perjalanan untuk membuka jalur tetap.
-
Menjadikan Kertajati sebagai pusat embarkasi haji dan umrah, mengingat besarnya jumlah jemaah dari wilayah Jabar.
Ciayumajakuning sebagai Motor Pertumbuhan
Ia juga menekankan pentingnya pengembangan wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) sebagai kawasan penopang utama ekonomi baru Jawa Barat. Bersama Pelabuhan Patimban, Kertajati menjadi infrastruktur kunci untuk mendukung pertumbuhan wilayah tersebut.
“Kertajati dan Patimban adalah poros baru ekonomi. Kita harus dorong daerah-daerah sekitar agar ikut tumbuh,” tutur Ono.
Harapan Konsistensi Pemerintah
Sebagai penutup, Ono berharap agar pemerintah — baik pusat maupun daerah — menunjukkan komitmen dalam menjaga arah kebijakan infrastruktur. Ia mengingatkan agar investasi besar seperti Kertajati tidak menjadi proyek sia-sia hanya karena tarik-ulur kepentingan lokal.
“Ini bukan soal politik, tapi soal masa depan transportasi dan ekonomi Jawa Barat,” tutupnya.
Leave feedback about this